Minggu, 17 November 2013

Konsep Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling


PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Istilah bimbingan berasal dari bahasa Inggris Guidance yang berarti memberikan bantuan untuk memandirikan seseorang. Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan untuk memandirikan klien.
Konseling adalah suatu proses tatap muka langsung antara konselor dengan klien, individual maupun kelompok, dalam upaya pemecahan masalah diri pribadi klien agar ia mandiri dan berkembang potensi dirinya seoptimal mungkin.

PENGERTIAN BIMBINGAN DAN KONSELING MENURUT PARA AHLI
Guidance is the assistance given to individuals in making intelligent choices and adjustment in their lives. The ability is not innate it must be developed. The fundamental purpose of guidance to develop in each individual up to the limit of his capacity, the ability to solve his own problems and to make his own adjustment…..” (Jones : 1963 : 25)
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, agar individu tersebut memahami dirinya sendiri. Sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar. Sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat, dan kehidupan pada umumnya. (Rochman Natawidjaja, 1987 : 31)

TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING
Tujuan umum
membantu pengembangan diri peserta didir secara optimal dalam upaya pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berkepribadian kuat, mandiri, dan bertanggung jawab sesuai Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Tujuan khusus
Ò  Memahami dirinya sendiri (bakat, minat, kemampuan dan sikap), termasuk memahami kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Ò  Memahami lingkungan dengan baik, yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan, dan lingkungan sosial masyarakat.
Ò  Mengarahkan pengembangan diri bagi masa depan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.
Ò  Mampu mengambil keputusan dengan tepat, bijaksana dan bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai permasalahan kehidupan sehari-hari.
Ò  Memiliki nilai-nilai karakter kepribadian yang kuat, moralis, etis, sopan santun, jujur, dan kreatif, serta mandiri.

TUJUAN BIMBINGAN DAN KONSELING MENURUT PENDAPAT AHLI
Ò  Menurut Wiliamson tujuan konseling adalah mencapai tingkat excellence dalam segala aspek kehidupan klien. Caranya adalah dengan membantu atau memberi kemudahan dalam proses perkembangan individu klien tersebut.
Ò  Menurut Kumboltz tujuan konseling adalah membantu klien belajar membuat keputusan-keputusan. Selain itu, membantu klien memecahkan problem-problemnya.

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING
Banyak para ahli mengemukakan berbagai fungsi bimbingan dan konseling dalam berbagai istilah yang berbeda, yang pada dasarnya dapat disimpulkan dalam 4 fungsi, yaitu :
Ò  Fungsi pemahaman
Ò  Fungsi pencegahan
Ò  Fungsi pengentasan
Ò  Fungsi pengembangan

1. Fungsi pemahaman
Upaya yang dilakukan sedini mungkin oleh konselor/guru pembimbing dalam memahami selengkap mungkin mengenai data/informasi/keterangan mengenai identitas diri, keluarga, kemampuan, bakat, minat dan kepribadian setiap siswa asuhnya.
Pemahaman itu meliputi :
Ò  Pemahaman tentang diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing (konselor)
Ò  Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk di dalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing (konselor)
Ò  Pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk di dalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi pendidikan sosial dan budaya/nilai-nilai), terutama oleh peserta didik.
Hal ini dapat dilakukan melalui metode khusus, yakni melalui proses pengumpulan data dengan menggunakan berbagai instrumentasi BK.

2. Fungsi pencegahan
Upaya yang dilakukan konselor/guru pembimbing agar tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya. Tindakan pencegahan tidak terlepas dari fungsi pemahaman yang mengkaji secara mendalam mengenai siapa, mengapa, dan bagaimana siswa asuh.

3. Fungsi pengentasan
Merupakan fungsi yang akan menghasilkan terentaskannya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami peserta didik. Ini merupakan fungsi yang sangat penting yang sama pentingnya dengan unjuk kerja guru yang mengajar di depan kelas. Karena fungsi pengentasan ini merupakan indikator profesional konselor/guru pembimbing sebagai orang yang ahli dan berkompetensi khusus dalam membantu mengentaskan atau mengatasi berbagai permasalahan siswa asuhnya.

4. Fungsi pengembangan
Membantu pengembangan diri siswa asuh berkenaan dengan bakat, minat, dan kemampuan dasar yang dimilikinya. Fungsi ini akan menghasilkan terpelihara dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka pengembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Konselor/guru pembimbing dituntut kepiawaiannya dalam mengidentifikasi dengan benar dan tepat mengenai potensi diri yang dimiliki oleh setiap siswa asuhnya yang kemudian disalurkan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan tertentu di sekolah.

PRINSIP - PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING
Ò  BK “for All” artinya bimbingan dan konseling adalah untuk semua siswa asuh, bahkan BK itu untuk semua orang tanpa memandang perbedaan latar belakang ras, suku, agama, budaya, pendidikan, ekonomi, dan keluarga. Pada dasarnya setiap manusia dan siswa asuh itu punya masalah sehingga konselor/guru pembimbing itu dibutuhkan oleh siapa saja.
Ò  Layanan BK mencakup semua aspek pertumbuhan dan perkembangan individu. Proses pembelajaran di sekolah sebenarnya baru menyangkut aspek pengembangan kognitif saja, yakni mentransformasikan ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta didiknya. Sementara aspek perkembangan individu meliputi aspek emosional, sosial, bahasa, intelektual, kecerdasan, dan bakat-bakat khusus. BK itu adalah “tangan-tangan yang tampak” sebagai perpanjangan tangan sekolah dalam menyentuh berbagai aspek pengembangan diri peserta didik.
Ò  BK membantu penemuan dan pengembangan konsep diri. Orientasi layanan BK pada intinya adalah membantu individu menemukan dirinya sendiri, yakni “kesadaran akan diri sendiri”, serta konsep diri untuk perencanaan dan pengembangan diri ke masa depan.
Ò  Kemitraan dan kerjasama. BK tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi melalui kemitraan dan bekerja sama dengan baik dengan semua pihak terkait dalam optimalisasi semua peranannya, baik di sekolah maupun di masyarakat. Mitra utama BK adalah diri klien sendiri, orang tua, guru-guru, dan lingkungan sosialnya yang terdekat.
Ò  BK terintegrasi dengan sekolah. Kedudukan BK di sekolah merupakan salah satu bagian penting dari program pendidikan di sekolah. Ada tiga jenis pelayanan pendidikan disekolah yakni :
Ò  Bidang administrasi dan supervisi yang perupakan tugas pokok dan fungsi (tupoksi) dari unsur kepala sekolah dan guru para pembantunya.
Ò  Bidang pengajaran dan kurikulum yang merupakan bidang tugas guru-guru bidang studi.
Ò  Bidang bantuan yang merupakan bagian tugas pokok di fungsi konselor/guru pembimbing dalam memberikan program layanan BK bagi semua peserta didik.
Ò  Akuntabilitas. BK itu akuntabel, maksudnya semua program layanan BK dilaksanakan oleh konselor/guru pembimbing harus dapat dipertanggungjawabkan ke pihak sekolah, pemerintah, dan masyarakat, serta dipertanggungjawabkan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

AZAS - AZAS BIMBINGAN DAN KONSELING
Ò  Azas Kerahasiaan
Konselor/guru pembimbing wajib merahasiakan permasalahan pribadi klien, tidak boleh diketahui oleh orang lain dan siapapun juga, kecualiatas seizin klien sendiri. Azas ini merupakan azas kunci bagi kredibilitas profesional konselor karena menyangkut hal pribadi dan substansi kepercayaan klien terhadap konselog/guru pembimbing.
Ò  Azas Kesukarelaan
Konselor/guru pembimbing dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling kepada individu atau kelompok didasari oleh azas kesukarelaan tanpa motif-motif tertentu. Bahkan, diri klien pun harus diminta secara sukarela menyampaikan segala informasi dan data penting yang berkenaan dengan permaslahan yang sedang dihadapinya.
Ò  Azas Keterbukaan
Baik klien maupun konselor harus sama-sama terbuka selama dalam proses konseling. Sering terjadi pada awal-awal proses konseling klien bertopengmenutup diri atau enggan menyampaikan secara terbuka segala sesuatu yang menyangkut permasalahan dirinya karena klien masih diselimuti oleh perasaan khawatir dan malu jika membocorkan kerahasiaan masalah pribadinya. Azas keterbukaan ini sangat erat kaitannya dengan azas kerahasiaan dan kesukarelaan.
Pada tahap awal konseling, klien harus benar-benar mendapat keyakinan bahwa konselor benar-benar menjamin kerahasiaan masalah pribadi klien dan konselor dapat dipercayainya secara penuh sehingga klien terbuka sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu konselor pun harus terbuka kepada klien, tidak ada informasi atau hal-hal tertentu yang ditutup-tutupi dalam konseling. Suasana ini merupakan salah satu kunci penting keberhasilan konseling.
Ò  Azas Kekinian
Azas kekinian maksudnya masalah klien yang dibahas adalah masalah saat ini, sekarang, dan di sini (now and here), bukan masalah masa lalu dan bukan pula masalah yang akan datang. Pembahasan terhadap masa lalu klien hanya sekedar pemahaman terhadap latar belakang (diagnosis) masalah jika maalah klien tidak teratasi. Meskipun dalam praktiknya seirng membaur antara masalah masa lalu, sekarang, dan yang akan datang, namun konselor harus tetap fokus pada pembahasan masalah yang sedang dirasakan klien saat ini.
Ò  Azas Kemandirian
Kemandirian klien adalah tujuan akhir bimbingan dan konseling. Kemandirian merupakan bentuk kepercayaan diri, tidak tergantung pada orang lain termasuk kepada konselor. Perlu diingat bahwa dalam dua pertiga bagian proses konseling tingkat ketergantungan klien sangat tinggi dan pada sepertiga bagian akhir konseling konselor harus berupaya membantu klien melepaskan diri dari sifat ketergantungan menjadi individu yang bebas dan mandiri.
Ò  Azas Kegiatan
Yang dimaksud dengan azas kegiatan adalah bahwa dalam proses konseling klien harus berupaya sungguh-sungguh melakukan kegiatan-kegiatan tertentu, seperti merubah sikap dan kebiasan, melakukan perilaku-perilaku baru tertentu yang mungkin saja klien enggan melakukannya. Oleh sebab itu, konselor harus terus-menerus memberikan dorongan dan motivasi berubah untuk menempuh jalan keluar masalah.
Ò  Azas Kedinamisan
Baik konselor maupun klien selama dalam proses konseling harus bersikap kreatif menciptakan perubahan menjadi sesuatu yang baru, inovatif, progresif (maju, bukan mengulang hal-hal lama yang monoton), sehingga suasana konseling dinamis.
Ò  Azas Keterpaduan
Azas ini mengandung arti seluruh program layanan bimbingan dan konseling terpadu, adanya kesesuaian dengan upaya pendidikan di sekolah. Upaya-upaya bimbingan dan konseling juga upaya-upaya pedagogik sekolah. Oleh sebab itu, desain program layanan bimbingan dan konseling harus sesuai dan mendukung program pendidikan sekolah secara keseluruhan.
Ò  Azas Kenormatifan
Bimbingan dan konseling termasuk dalam bidang ilmu normatif. Implementasinya juga normatif, di mana seluruh pelaksanaan program layanan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Baik norma agama, norma adat istiadat, dan budaya sosial masyarakat, norma hukum, maupun kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. Azas kenormatifan mengikat konselor dan klien.
Ò  Azas Keahlian
Bimbingan dan konseling hanya dapat dilakukan oleh yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahlian konselor/guru pembimbing dapat ditunjukkannya melalui keluasan wawasan pengetahuan, penguasaan konsep teori yang matang, memiliki keterampilan BK yang memadai, memiliki nilai-nilai etika moralitas yang tinggi, dan bersikap positif terhadap BK sebagai suatu karir profesional yang dibanggakannya, Hal ini disebut juga sebagai WPKNS (wawasan, pengetahuan, ketetampilan, nilai-nilai dan sikap) yang melekat pada diri pribadi seorang konselor/guru pembimbing.
Ò  Azas Alih Tangan atau Referal
Apabila seluruh upaya maksimal telah dilakukan dalam proses pemberian bantuan terhadap klien konselor/guru pembimbing merasa tidak mampu lagi maka konselor/guru pembimbing harus melakukan alih tangan kasus kepada pihak-pihak yang lebih ahli, misalnya kepada psikolog, psikiater, ahli medis, dan lainnya.
Ò  Azas Tut Wuri Handayani
Suasana bimbingan dan konseling adalah suasana tut wuri handayani, yakni suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan siswa asuh. Seorang konselor/guru pembimbing yang baik pasti disenangi oleh semua siswa. Suasana hubungan psikologis antara konselor/guru pembimbing dengan para siswa mencerminkan suasana yang penuh keakraban, mempribadi, interpersonal, terbuka dan siswa bebas mengutarakan segala unek-unek dihatinya.
Azas Tut Wuri Handayani mengandung pengertian, jika di depan dapat dijadikan sebagai pemberi contoh dan teladan yang baik, jika di belakang mampu memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa asuhnya, dan jika dibelakang mampu sebagai pengayom dan mitra yang baik, bersahabat, dan disenangi oleh semua siswa.

ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING PENTING BAGI GURU
Kebijakan terbaru pemerintah tahun 2009/2010 Departemen Pendidikan Nasional memasukan pendidikan karakter (character building) dalam kurikulum nasional.
Wilayah pembentukan karakter sebenarnya adalah wilayah bimbingan dan konseling karena kontensnya menyangkut upaya pembentukan kepribadian, sikap, dan perilaku pengembangan diri peserta didik.
Kebijakan ini sarat dengan muatan politik, dan didorong oleh kesadaran diri makin menurunnya nilai-nilai karakter bangsa, namun kebijakan tersebut berimplikasi luas, termasuk bagi semua guru-guru bidang studi yang dituntut kemampuan dalam pemahaman kemampuan dan permasalahan peserta didik.
Dengan demikian, ilmu BK penting bagi guru-guru bidang studi dalam batas tertentu, khususnya berkenaan dengan berbagai faktor penting dalam pemahaman individual peserta didik sebagaimana uraian berikut ini.
Banyaknya Murid Mengalami Masalah Belajar
Banyak temuan penelitian menunjukkan banyaknya siswa yang memiliki berbagai permasalahan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Makin banyak permasalahan yang dialami siswa maka prestasi belajar mereka juga cenderung menurun sehingga potensi (bakat/minat) mereka tidak akan berkembang seoptimal mungkin.
Kbk dan Perbedaan Kemampuan Belajar
Pemberlakuan kurikulum berbasis kompetensi menghendaki pendekatan pembelajaran individual. Artinya materi pembelajaran itu harus benar-benar disesuaikan dengan kondisi kemampuan individual setiap siswa yang berbeda satu sama lain. Ada siswa yang cepat belajar dan ada pula yang lambat belajar. Ada yang senang belajar bidang eksakta dan ada juga yang kurang senang belajar bidang eksakta. Oleh sebab itu, setiap guru harus dapat memahami bakat dan minat belajar setiap siswanya dengan baik agar materi yang disampaikan dapat dimengerti dan baik pula.
Pendekatan Pembelajaran PAIKEM
Guru yang dapat memahami diri siswa di kelasnya dengan baik biasanya disenangi siswa. Penciptaan senang siswa mendorong keterbukaan dan terjadinya keakraban antara guru dan siswa. Guru yang paling disenangi dan akrab dengan siswanya merupakan salah satu ciri guru yang profesional. Membangun iklim pembelajaran yang menyenangkan merupakan ciri pembelajaran PAIKEM. Penciptaan suasana belajar yang menyenangkan menuntut keterampilan guru bagaimana mendinakikakan interaksi yang dinamis dan harmonis antar siswa dan guru.
Beban Masalah dan Perasaan Frustasi Belajar
Salah satu prinsip BK adalah BK is for All. Artinya layanan bimbingan konseling itu adalah untuk semua siswa. Berdasarkan hasil-hasil penelitian para ahli Psikologi Pendidikan dan Perkembangan menyimpulkan adanya korelasi yang signifikan antara beban permasalahan dengan prestasi belajar dan perkembangan potensi peserta didik. Permasalahan yang tak terselesaikan bisa berubah menjadi beban psikologis yang kemudian menimbulkan rasa frustasi dalam belajar.
BK Menyentuh Seluruh Aspek Perkembangan
Materi-materi pelajaran yang diterima para siswa di sekolah tidak semuanya dapat menyentuh aspek-aspek perkembangan siswa. Proses pembelajaran pendekatan lama pada umumnya hanya sampai pada tataran pengembangan kognitif saja, sementara pembentukan aspek sikap perilaku, kepribadian, pengembangan bakat/minat, karier dan pekerjaan serta aspek-aspek perkembangan sosio-emosional-moralitas siswa hampir terabaikan sama sekali. Pada sisi inilah sebenarnya BK menjadi terintegrasi dalam proses pembelajaran yang dilakukan guru bidang studi.

ILMU BIMBINGAN DAN KONSELING PENTING BAGI GURU
Faktor tersebut memiliki makna bahwa BK semakin dibutuhkan dalam dunia pendidikan di sekolah. Seiring dengan hal tersebut maka peranan konselor/guru pembimbing di sekolah tidak hanya dituntut dalam peningkatan mutu layanan BK dan unjuk kerja profesionalisme terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya tetapi juga berperan sebagai agen pembaharuan atau konsultan BK bagi guru-guru bidang studi dalam membantu pemahaman dan keterampilan mereka dalam menangani aneka macam masalah dan kesulitan belajar peserta didiknya.

Sumber : Syahriman. 2012. Wawasan Dasar Bimbingan danKonseling. Bengkulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar