Senin, 18 November 2013
Sejarah Bimbingan dan Konseling
Lahirnya Ilmu Bimbingan dan Konseling
Perkembangannya dimulai sejak berakhirnya Perang Dunia I dan II tahun 1948 dan 1950an, sekitar 70 tahun yang lalu. Amerika Serikat dan negara sekutunya maupun Rusia mengalami masalah besar. Sama-sama menanggung beban politik dan ekonomi yang sangat besar dan permasalahan sosial. Banyak tentara dan rakyat sipil yang gugur dalam pertempuran, cacat fisik, dan mengalami depresi mental serta makin tingginya angka pengangguran penduduk.
Di Amerika Serikat dan Rusia tidak sedikit perempuan yang harus menyandang status janda karena suami mereka gugur di medan pertempuran, anak-anak yang menjadi yatim jumlahnya melonjak drastis, mereka hidup terlantar, tidak memiliki pekerjaan tetap, hidup dalam kemiskinan. Bagi serdadu yang selamat dari peperangan, umumnya mengalami frusstasi dan depresi, kembali menganggur dan tidak punya penghasilan tetap sehingga tingkat perceraian semakin tinggi, tindak kekerasan dan kriminalitas menjadi fenomena hidup yang biasa.
Sebagian perguruan tinggi dan beberapa lembaga swadaya masyarakat yang menyadari kondisi tersebut membantu mengatasi berbagai persoalan tersebut dengan memberikan bantuan seperti pelatihan kerja bagi ibu rumah tangga, remaja, pengangguran dan mantan serdadu yang cacat.
Sebagian lagi mendirikan klinik-klinik, terutama dibeberapa perguruan tinggi, di fakultas psikologi, memberikan penyuluhan, mengobati penyakit mental, mengadakan layanan konsultasi, dan sebagainya. Diantara sejumlah kegiatan tersebut, yang paling menonjol dan dibutuhkan masyarakat adalah layanan bimbingan karir dan job training. Klinik-klinik pun menunjukkan perkembangan.
Programnya mulai mendapat dukungan dari pemerintah. Sejak saat itulah muncul istilah guidance and counseling.
Guidance artinya memberikan bimbingan. Istilah bimbingan yang dimaksud adalah bimbingan karir karena tujuannya untuk mendapatkan pekerjaan tertentu.
Counseling berarti penyuluhan atau pemberian layanan konsultasi bagi mereka yang mengalami gangguan mental, frustasi, stres, dan depresi mental psikologis.
Oleh karena itu, konseling lebih bersifat klinis psikotherapis.
Bimbingan dan konseling merupakan akar dari ilmu psikologi, khususnya bidang ilmu psikologi terapan, yaitu psikologi pendidikan yang merupakan cabang ke 56 dari ilmu psikologi.
Sejarah Singkat Perkembangan BK di Indonesia
Perkembangannya dimulai dengan kegiatan di sekolah dan usaha-usaha pemerintah. Penggunaan istilah Guidance dan Counseling di Indonesia yang tetap menggunakan istilah yang disingkat GC, Bimbingan dan Penyuluhan yang disingkat BP. Sekarang secara nasional disebut Bimbingan dan Konseling dengan singkatan BK.
BK secara formal dibicarakan oleh para ahli pada tahun 1960. Tetapi di Yogyakarta pada tahun 1958, Drs. Tohari Musnamar, dosen IKIP Yogyakarta telah mempelopori pelaksanaan BK di sekolah untuk pertama kalinya di SMA Teladan Yogyakarta. Tahun 1960 diadakan konferensi FKIP seluruh Indonesia di Malang, memutuskan bahwa bimbingan dan konseling dimasukan dalam FKIP. Pada tahun 1961 mulai diadakan layanan bimbingan dan konseling diseluruh SMA Teladan di Indonesia, sejak saat itulah BK di Indonesia dimulai.
Pada kurikulum 1975 untuk sekolah umum, dan kurikulum 1976 untuk sekolah kejuruan dicantumkan secara tegas bahwa layanan bimbingan dan konseling harus dilaksanakan disetiap sekolah. Perkembangan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sangat dirasakan perlu dan pentingnya ada pembimbing khusus (profesional) mengenai bimbingan dan konseling di sekolah.
Perumusan dan pencantuman resmi dalam rencana pembelajaran SMA disusul dengan berbagai pengembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Puncaknya didirikannya jurusan bimbingan dan penyuluhan di FKIP negeri. Salah satunya adalah UPI pada tahun 1963. Usaha mewujudkan sistem sekolah pembangunan dilaksanakan melalui proyek pembaharuan pendidikan yang diberi nama Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP) yang diuji coba di delapan IKIP.
Secara formal BK diprogramkan di sekolah sejak diberlakukannya kurikulum 1975, yang menyatakan bahwa bimbingan dan penyuluhan merupakan integral dalam sistem pendidikan di sekolah. Tahun 1975 bergiri Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) di Malang. Dalam dekade tahun 80an bimbingan diupayakan agar lebih mantap untuk mewujudkan layanan bimbingan yang profesional dengan penyempurnaan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 telah di dalamnya dimasukkan bimbingan karir.
UU No.2 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1 tentang sistem pendidikan nasional, yang menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”.
PP No.28 Bab X Pasal 25 Tahun 1990 dan PP No.29 Bab X Pasal 27 tahun 1990 yang menyatakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
SK Menpan No.84 tahun 1993 pasal 3 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya menyebutkan “Tugas pokok guru adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan, dan tindak lanjut program bimbingan terhadap peserta didik yang menjadi tanggung jawabnya.”
Menpan SK No.26 tahun 1989 yang menyatakan adanya pekerjaan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dan pekerjaan mengajar satu sama lain berkedudukan seimbang dan sejajar.
Keluarnya SK Menpan tersebut tidak berlebihan jika dikatakan bahwa keprofesionalan bimbingan dan konseling (konselor) kurang jelas sehingga perlu memperoleh kejelasan tentang batas kewengan antara guru dan konselor (pembimbing).
Berdasarkan penelaahan terhadap perjalanan historis gerakan bimbingan dan konseling di Indonesia, Prayitno mengemukakan periodesasi perkembangan gerakan bimbingan dan konseling di indonesia melalui lima periode, yaitu :
1. Prawacana dan Pengenalan (sebelum 1960 sampai 1970an)
Pada periode ini pembicaraan tentang bimbingan dan konseling sudah dimulai, terutama oleh pendidik yang belajar di luar negeri dengan dibukanya jurusan bimbingan dan penyuluhan di UPI Bandung pada tahun 1963.
Pembukaan jurusan ini menandai dimulainya periode kedua yang secara tidak langsung memperkenalkan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat, akademik, dan pendidikan.
Kesuksesan periode ini ditandai dengan diluluskannya sejumlah sarjana BP dan semakin dipahami dan dirasakan kebutuhan akan pelayanan tersebut.
2. Pemasyarakatan (1970 sampai 1990an)
Periode ini diberlakukan kurikulum 1975 untuk sekolah dasar sampai sekolah menengah tingkat atas mengintegrasikan layanan BP untuk siswa. Pada tahun ini terbentuk organisasi profesi BP dengan nama IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia).
Pada periode ketiga ini ditandai dengna berlakunya kurikulum 1984 yang difokuskan pada bimbingan karir. Periode ini muncul beberapa masalah seperti :
} Berkembangannya pemahaman yang keliru yaitu mengidentikkan bimbingan karir (BK) dengan BP sehingga muncul istilah BP/BK
} Kerancuan dalam mengimplementasikan SK Menpan No.26 tahun 1989 terhadap penyelenggaraan bimbingan di sekolah yang menyatakan bahwa semua guru dapat diserahi tugas melaksanakan pelayanan BP yang mengakibatkan pelayanan BP menjadi kabur baik pemahaman maupun mengimplementasikannya.
3. Konsolidasi (1990-2000)
Periode ini IPBI mengubah kebijakan bahwa pelayanan BP dapat dilaksanakan oleh semua guru yang ditandai dengan :
} Diubahnya secara resmi kata penyuluhan menjadi konseling
} Pelayanan BK disekolah hanya dilaksanakan oleh guru pembimbing yang secara khusus ditugasi untuk itu
} Diselenggarakan penataran (nasional dan daerah) untuk guru-guru pembimbing
} Adanya formasi untuk mengangkat menjadi guru pembimbing
} Pola pelayanan BK di sekolah dikemas “BK Pola 17”
} Bidang pengawasan sekolah dibentuk bidang pengawasan BK
} Dikembangkannya sejumlah panduan pelayanan BK di sekolah yang lebih operasional oleh IPBI
4. Lepas Landas
Semula diharapkan periode konsolidasi akan dapat mencapai hasil-hasil yang memadai, sehingga muncul tahun 2001 profesi BK di Indonesia sudah dapat tinggal landas. Namun kenyataannya masih ada permasalahan yang belum terkonsolidasi yang berkenaan dengan SDM yaitu mengenai untrained, undertrained, dan uncomitted para pelaksana pelayanan.
Pada tahun-tahun selanjutnya ada perkembangan menuju era lepas landas yaitu :
} Penggantian nama organisasi profesi dari IPBI menjadi ABKIN
} Lahirnya undang-undang No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang di dalamnya termuat ketentuan bahwa konselor termasuk salah satu tenaga pendidik bab 1 pasal 1 ayat
} Kerja sama pengurus besar ABKIN dengan dikti depdiknas tentang standarisasi profesi konseling
} Kerja sama ABKIN dengan direktorat PLP dalam kompetensi guru pembimbing (konselor) SMP sekaligus memberikan pelatihan bagi mereka
Permasalahan-Permasalahan Pokok BK Saat Ini
} Masih terdapat kesenjangan rasio konselor (guru pembimbing) dengan jumlah skeolah dan jumlah peserta didik disetiap jenjang pendidikan.
} Dampak dari kesenjangan antara jumlah konselor dengan jumlah sekolah atau jumlah peserta didik adalah :
a. di sekolah-sekolah tertentu tidak ada guru pembimbing
b. di sekolah-sekolah tertentu ada guru pembimbing meskipun tidak seimbang dengan banyaknya siswa
c. untuk menutup kekurangan guru pembimbing tidak jarang kepala sekolah mengangkat guru-guru mata pelajaran menjadi guru pembimbing
} Pengangkatan guru mata pelajaran menjadi guru pembimbing disatu sisi memberi impresi positif bagi penyelenggaraan program BK di sekolah karena ada kepedulian kepala sekolah terhadap layanan BK tetapi kurang profesional
} Meskipun BK dianggap ahli profesional namun belum ada perlindungan hukum yang kuat
} BK belum begitu dikenal dikalangan masyarakat secara umum hanya di lingkungan sekolah justru menaruh citra negatif terhadap BK
} Masih ada kepala sekolah yang belum memahami secara tepat program BK di sekolah sehingga sering menyuruh guru pelajaran untuk menjadi guru BK
} Citra BK semakin diperburuk dengan masih adanya guru pembimbing yang kinerjanya tidak profesional
} LPTK yang menyelenggarakan pendidikan bagi calon guru pembimbing (konselor) masih belum memiliki kurikulum yang mantap untuk melahirkan konselor-koselor yang profesional
Kesimpulan
Perkembangan BK di Amerika bersifat Button Up yaitu dari pihak perorangan atau swasta kemudian menjadi program pemerintah. Sedangkan di Indonesia dimulai dari Top Down yaitu pemerintah melalui kebijakan-kebijakan, program-program eksperimentasi, undang-undang dikembangkan lembaga swasta atau perorangan. Profesi tenaga pembimbing atau konselor di Amerika sudah mencapai standarisasi yang mantap sedangkan di Indonesia masih dalam proses pengkajian dan pemantapan dalam berbagai aspek.
Secara organisasi dan yudiris formal profesi BK menunjukan kondisi yang semakin mantap namun dalam tataran implementasi masih mengalami kelemahan dalam berbagai aspeknya seperti manajemen, sumber daya, sarana prasarana. Sampai saat ini pelayanan bimbingan dan konseling di tanah air telah dirintis dikembangkan selama 30 tahun, termasuk usia yang dewasa namun perlu dipertanyakan.
Walter Johnson menyatakan petugas profesional adalah seseorang yang menampilkan sesuatu tugas khusus yang mempunyai tingkat kesulitan yang lebih dari biasa, mempersyaratkan waktu persiapan, dan pendidikan yang cukup lama yang menghasilkan pencapaian kemampuan, keterampilan dan pengetahuan yang berkadar tinggi.
Sumber : Syahriman. 2012. Wawasan Dasar Bimbingan danKonseling. Bengkulu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar